Jumat, 22 Januari 2010

Pertambangan, MASS WASTING

Landslides (batuan longsoran) merupakan contoh yang spektakuler dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass Wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan masa batuan, regolit dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah karena gaya gravitasi. Setelah batuan lapuk, gaya gravitasi akan menarik material hasil pelapukan ke tempat yang lebih rendah. Sungai biasanya membawa material tersebut ke laut dan tempat yang rendah lainnya untuk diendapkan, sehingga terbentuklah bentang alam bumi perlahan-lahan.

Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya mass wasting, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh juga terhadap terjadinya proses tersebut. Air merupakan salah satu dari faktor-faktor tasi. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air, gaya kohesi antar material akan semakin lemah, sehingga memungkinkan partikel-partikel tersebut dengan mudah untuk bergeser. Sebagai contoh, pasir akan menggumpal dengan baik pada kondisi yang lembab. Tetapi bila kedalam pasir tersebut ditambahkan air, maka air akan membuka dan mengisi rongga diantara partikel pasir, dan butir pasir akan mengembang kesegala arah. Jadi kejenuhan akan mengurangi tahanan dalam material, sehingga akan dengan mudah digerakkan oleh gaya gravitasi. Selain itu air juga akan menambah berat masa material, sehingga kemungkinan cukup untuk menyebabkan material untuk meluncur ke bawah.

Kemiringan lereng yang terjal juga merupakan faktor lain yang menyebabkan terjadinya mass movement. Partikel lepas dan tidak terganggu, serta membentuk krmiringan yang stabil disebut “angle of repose”, yaitu kemiringan lereng maksimum yang material penyusunnya tetap stabil. Tergantung pada ukuran ban bentuk partikelnya, besarnya sudut lereng bervariasi dari 25o samapi 40o. Semakin besar dan menyudut partikelnya, semakin besar sudut kemiringan stabilnya. Jika kemiringan bertambah, rombakan batuan akan menstabilkan kedudukannya dengan meluncur ke bawah. Banyak kondisi di alam yang menyebabkan keadaan tersebut, antara lain sungai yang menggerus dinding lembahnya, dan ombak yang mengikis bagian dasar dari tebing pantai. Manusia juga dapat menyebabkan kemiringan lereng yang menjadi semakin besar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya mass wasting.

Klasifikasi Mass Wasting

Banyak sekali proses yang terjadi di alam yang disebut mass wasting. Pada umumnya macam-macam jenis mass wasting dapat dibedakan berdasarkan macam material yang terkena proses, macam pergerakan yang terjadi dan kecepatan dari perpindahannya.

Klasifikasi yang didasarkan pada macam material yang berpindah tempat tergantung pada apakah merupakan material lepas atau batuan dasarnya. Bila materialnya didominasi oleh tanah dan regolit, maka digunakan istilah “debris”, “mud” dan “earth”. Sebaliknya bila merupakan batuan dasar yang bergerak, maka digunakan istilah batuan atau “rock”.

Selain macam material yang berpindah tempat, cara perpindahan material juga sangat penting. Pada umumnya cara perpindahan material dibedakan menjadi jatuh bebas (fall), meluncur (slide), dan aliran (flow).

Fall digunakan untuk material dengan berbagai ukuran, lepas dari batuan induknya dan jatuh bebas ketempat yang lebih rendah. Peristiwa ini sangat umum terjadi pada lereng yang sangat terjal, dimana materila lepas tidak dapat tetap tinggal. Batuan akan jatuh terdapat pada lereng atau menumbuk batuan lain yang terdapat pada lereng yang dilaluinya. Peristiwa ini banyak terjadi pada batuan yang mengalami pelapukan fisik karena proses pemanasan dan pendinginan batuan atau oleh pertumbuhan akar tumbuhan.

Slide merupakan perpindahan masa batuan atau tanah melalui suatu permukaan bidang. Permukaan bidang itu dapat merupakan kekar, sesar atau bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan lereng. Apabila bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung proses ini disebut slump. Kadang-kadang kata “slide” digunakan untuk peristiwa tanah longsor (landslide). Kata ini meskipun banyak digunakan orang atau ahli geologi, tetapi kata ini tidak mempunyai definisi yang spesifik dalam ilmu geologi. Istilah ini sangat populer dalam istilah nonteknis untuk menyebutkan secara umum proses mass wasting.

Tipe ketiga adalah flow (aliran), digunakan apabila material yang berpindah tempat merupakan cairan kental. Kebanyakan aliran ini sangat jenuh air dan bergerak seperti bentuk lidah.

Peristiwa mass wasting dapat membuat suatu berita besar, apabila material dalam jumlah yang sangat besar bergerak dengan kecepatan tinggi ke bawah dan menghancurkan bangunan-bangunan dan mencelakakan manusia. Seperti proses yang disebut rock avalanches, batuan dan rombakan batuan bergerak pada kemiringan lereng dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam. Banyak peneliti percaya bahwa rock avalanche melayang di udara ketika meluncur ke bawah. Kecepatan yang tinggi dihasilkan oleh udara yang terjebak dan tertekan di bawah masa batuan yang jatuh, sehingga memungkinkan material tersebut mengapung dipermukaan pada waktu meluncur ke bawah.

Kebanyakan mass movement tidak mempunyai kecepatan seperti rock avalanche, tetapi banyak juga yang bergerak sangat lambat. Salah satu proses mass movement yang pergerakannya sangat lambat adalah rayapan (creep), yang perpindahnnya hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun. Meskipun bermacam tipe mass wasting digolongkan dalam perpindahan yang cepat atau lambat, perbedaan itu sering bersifat subyektif, karena diantara keduanya mempunyai rentangan yang sangat lebar. Pada suatu tempat tertentu, proses mass wasting dapat mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.

Slump

Slump merupakan perpindahan masa batuan atau material lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur yang lengkung. Pada proses ini material yang dipindahkan tidak terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh. Proses ini merupakan sedimen kohesif yang tebal seperti lempung.

Permukaan retakan blok slump dicirikan oleh bentuk seperti sendok dan cekung kearah atas. Pada waktu terjadi pergerakan, terbentuk tebing (scarp/cliff) yang lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan berputar ke belakang.

Umumnya slump terjadi karena kemiringan lereng terlalu terjal, dapat juga terjadi karena beban pada kemiringan lereng terlalu besar, yang menyebabkan terjadinya internal stress pada material di bawahnya. Hal ini terjadi pada material yang lemah dan kaya akan lempung berada di bawah material yang lebih keras atau resisten seperti batupasir. Airtanah yang meresap melalui batupasir akan melemahkan lempung yang berada di bawahnya.

Rockslides

Rockslides terjadi bilamana blok dari batuan induk terlepas dan meluncur ke bawah. Peristiwa ini merupakan proses yang sangat cepat dan sangat destruktif. Biasanya rockslides terjadi pada fenomena geologi ketika batuan yang berlapis mengalami deformasi sehingga terjadi kemiringan batuan, kekar atau retakan yang sejajar dengan kemiringan batuan.

Mudflow

Mudflow adalah perpindahan material lepas yang bercampur dengan air dengan kecepatan relatif tinggi. Proses ini sangat umum terjadi pada canyon dan gullies di pegunungan semiarid. Pada waktu terjadi hujan lebat di daerah tersebut, sejumlah besar sedimen hasil proses erosi dinding lembah yang kurang vegetasinya, tersalur ke dalam lembah. Material yang merupakan campuran antara batuan, tanah, lumpur dan air mengalir dengan cepat dengan bentuk seperti lidah. Karena mudflow tersebut mempunyai densitas yang tinggi, maka aliran tersebut dapat mengangkut bongkah yang besar, pohon-pohon atau bahkan bangunan besar seperti rumah. Pada tekuk lereng aliran ini akan menyebar menutupi daerah sekitar mulut lembah dengan campuran material lepas yang basah.

Mudflow juga sangat umum terjadi di daerah gunungapi. Debu volkanik yang menutupi lereng gunung api yang terjal, dpat membentuk mudflow pada waktu turun hujan yang lebat atau pada pencairan es yang terdapat pada puncak gunung. Contoh lain dari mudflow di daerah gunung api adalah aliran lahar, yang merupakan percampuran antara material gunung api yang bercampur dengan air.

Earthflow

Tidak seperti mudflow yang banyak terjadi di daerah semi arid, earthflow sering terjadi di daerah bawah (humid) akibat hujan yang terus menerus. Apabila regolit yang kaya lempung jenuh air pada lereng perbukitan, materialnya akan terurai dan mengalir ke bawah tidak terlalu jauh meninggalkan torehan pada lereng perbukitannya. Tergantung pada kemiringan lereng dan consistensi dari materialnya, kecepatan earthflow mulai dari beberapa meter per jam sampai beberapa meter per menit. Karena earthflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow. Selain sering terjadi pada lereng perbukitan, earthflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.

Rayapan (creep)

Creep adalah salah satu tipe mass wasting yang perpindahan massanya, tanah dan regolit sangat lambat. Tida seperti mass wasting yang bergerak cepat sering terjadi pada pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal, maka creep pada umumnya terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan meliputi daerah yang cukup luas. Penyebab utama terjadinya rayapan adalah adanya perselingan antara pengembangan dan penyusutan material permukaan karena perbedaan temperatur atau perubahan kandungan air. Setelah hujan lebat, rongga antar partikel soil terisi air, sehingga gaya kohesi partikel akan hilang, yang memungkinkan gaya graviti untuk menarik material bergerak ke bawah. Meskipun gerakannya sangat lambat dan hampir tidak dapat dilihat, tetapi akibat dari rayapan tersebut akan nampak dengan jelas. Adanya rayapan tanah pada suatu daerah dapat diketahui dari miringnya tiang listrik atau telepon, pohon-pohon yangtumbuh di daerah tersebut atau perlapisan yang terseret rayapannya.

Solifluction

Proses solifluction sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin. Di daerah ini es yang berada di bagian atas regolit, mencair pada musim semi dan panas, tetapi di bagian bawahnya masih tetap membeku. Karena air dari es yang mencair di bagian atas tidak dapat meresap ke bawah, maka bagian atas ini akan jenuh air dan mulai mengalir ke bawah lereng yang landai. Pada kejadian ini lapisan penutup akan terbawa aliran air dan batuan dasar akan tersingkap. Bila batuan yang tersingkap ini mengalami pelapukan, hasil lapukannya juga akan terkikis oleh solifluction.

Senin, 18 Januari 2010

DASAR-DASAR PEMETAAN BAHAN GALIAN


Petunjuk Ke Arah Bijih (Guides To Ore)

  • Untuk mencari suatu endapan bahan galian, lebih dahulu perlu diketahui lingkungan pengendapan/terbentuknya endapan tersebut, sehingga kegiatan eksplorasi dapat berjalan lebih efisien.
  • Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah asosiasi batuan (metallogenic province), dimana setiap jenis batuan akan memberikan lingkungan pengendapan unsur/endapan bahan galian tertentu.

Asosiasi batuan

  • Batuan asam :

- Mineral2 sulfida yang umumnya mengandung logam2 berharga, seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), air raksa (Hg), emas (Au), perak (Ag)

- Mineral2 oksida : timah (Sn)

- Mineral2 hidroksida : aluminium (Al)

  • Batuan sedang, umumnya mengandung emas (Au) dan perak (Ag)
  • Batuan basa/ultrabasa akan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk intan, nikel (Ni), kobal (Co), platina (Pt), kromit (Cr), serta beberapa jenis batu permata seperti garnet, dll
  • Batuan metamorf memungkinkan ditemukannya endapan marmer, asbes, batu permata, dll
  • Batuan sedimen bisa menghasilkan asosiasi dengan karbonat (CaCO3) ataupun MnCO3; yg berbentuk endapan alluvial yang biasanya akan memberikan endapan bijih yang relatif tahan terhadap pelapukan, seperti timah (kasiterit/ SnO2), emas (Au dalam bentuk nugget), perak (Ag), pasir besi (Fe); untuk end laut, bisa dijumpai nikel nodula atau Ca/gypsum.

Petunjuk2 lain yg perlu diperhatikan

  • Fisiografis
  • Mineralogis
  • Stratigrafis dan litologis
  • Struktur
  • Geokimia/biokimia
  • Geobotani
  • Air tanah


Sumber : Bahan Kuliah Pemetaan Eksplorasi oleh Ir. Irzal Nur, MT.

refleksi akhir tahun,

di pinggiran zaman

penaklukan-penaklukan atas mimpi terus berlanjut

kebekuan optimisme

pun masih saja tertata rapi

sebab biru langit dan biru lautan

masih menyatu dibatas pandang sana


kecepatan gerak langkah kecil ini

makin menggebu

dan terus berlanjut

walau kadang disatu titik, tak tuntas...


memeluk embun pagi yang ada ditiap-tiap titik

sejuknya terasa sama

namun, ada indah yang berbeda

dari tiap rasa yang tersaji


para pecundang ada yang berlompat tinggi...

membentang kedua tangannya dengan menebar

senyum kebebasan

para pecundang ada yang hanya mampu kaku dan tetap mati

biarkanlah saja mereka seperti itu, sebab itu pilihan...!!?


2009... penuh senyum keajaiban

senyum keajaiban yang tak terkira

dari ketegangan-ketegangan yang tak terkira

2010... ketegangan-ketegangan itu lebih

ketegangan-ketegangan yang berakhir

dengan senyum keajaiban

di lajur yang lain di level berikunya.....

adalah harus,!!!


dan ehhem...... (pesan untuk seseorang)....

ini takdir tuhan

jangan coba kau pungkiri

jangan lari menjauh dari keajaibanNYA

.......................................................

refleksi akhir tahun,

malili, 31.12.2009/23.18

ditempat ini lagi aku duduk kawan…

ditempat ini lagi aku duduk

kawan… di tempat ini pernah kita lalui malam

tertawa dan merenung

memandang bintang

berkhayal tentang sempurnanya hidup


kawan… pernah bersama kita berjalan dan berlari

meneteskan darah, keringat dan air mata

tembus kabut kehidupan


kawan… saat-saat bersamanya kita

lama telah berlalu

saat-saat bersamanya kita

masih tersimpan

di segala ruang fikirku


sebab waktu yang terus berjalan…

entah dimana aku kini,

entah dimana engkau kini

kawan… kisah kita indah




makassar, 21.05.07/21.18

sketsa dunia kami

selamat datang di dunia kami

dunia kegelisahan

dunia yang disetiap ruangnya

hanya ada tanya

tanya yang selalu saja

dengan pasti menggetarkan nadi


mari… temani aku bermimpi

mimpi yang hanya penuh dengan keresahan

mimpi yang terbatas saat teraktualkan

sebab… dari duniaku ini,

dapat kau saksikan

prahara diluar sana

kemerdekaan membunuh kemerdekaan


walau pasti,

akan terbatasnya aktualisasi mimpi…

semangat pencerahan tidak akan sirnah,

segala gerak tak akan lelah

menanti kesejatian


duniaku ini…

adalah ruang untuk jiwa yang gerah

gerah menatap pelbagai batin

yang terus meratapi…

harapan yang dusta




sketsa dunia kami

Minggu, 03 Januari 2010

Pengenalan Dasar-Dasar Tenik Eksplorasi Bahan Galian

Eksplorasi

Eksplorasi merupakan Kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan galian disuatu wilayah.  Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu : metoda langsung, terdiri dari metoda langsung di permukaan dan metoda langsung di bawah permukaan; dan yang kedua adalah metoda tidak langsung, yang terdiri dari metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit serta metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.

Tulisan ini merupakan gambaran umum tentang teknik eksplorasi dengan menggunakan metoda langsung di permukaan

Out Crop

Metoda out crop merupakan metoda penyelidikan singkapan, dengan demikian objeknya adalah singkapan yang segar. Dimana, singkapan segar umumnya dijumpai pada :

1.     Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar

2.     Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.

 

Tracing Float dan tracing with panning

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya,   float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat gambar di bawah).

 Tracing (penjejakan ≈ perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

 Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak  float  terhadap sumbernya. Selain itu, sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.

Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.

Catatan : informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini.

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah:

1.      Peta jaringan sungai.

2.       Titik-titik (lokasi) pengambilan float.

3.      Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.

4.      Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

5.      Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan parit uji (trenching) dan sumur uji (test pitting).

 

Trenching

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.

Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :

1.      Terbatas pada overburden yang tipis,

2.      Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),

3.      Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

 

Test Pit

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein). Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

 

Pengeboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

Dengan mempertimbangkan biaya operasional, maka umumnya pengeboran yang dilakukan pada tahapan eksplorasi semi detail hanya dengan menggunakan alat bor tangan. Alat bor tangan ini ada dua jenis yaitu bor spiral (Auger drilling) dan bor Bangka.  Pada tahap eksplorasi detail, peralatan bor sudah dilengkapi dengan mesin. Secara umum peralatan pemboran yang menggunakan mesin tebagai atas 2 (dua) yaitu bor mesin putar (alat bor yang termasuk  jenis ini adalah bor mesin ringan, bor inti (core drill), bor putar biasa (rotary drill) dan bor-alir balik (counterflush drill) ) dan bor mesin tumbuk (cable tool).