Landslides (batuan longsoran) merupakan contoh yang spektakuler dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass Wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan masa batuan, regolit dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah karena
Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya mass wasting, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh juga terhadap terjadinya proses tersebut. Air merupakan salah satu dari faktor-faktor tasi. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air,
Kemiringan lereng yang terjal juga merupakan faktor lain yang menyebabkan terjadinya mass movement. Partikel lepas dan tidak terganggu, serta membentuk krmiringan yang stabil disebut “angle of repose”, yaitu kemiringan lereng maksimum yang material penyusunnya tetap stabil. Tergantung pada ukuran ban bentuk partikelnya, besarnya sudut lereng bervariasi dari 25o samapi 40o. Semakin besar dan menyudut partikelnya, semakin besar sudut kemiringan stabilnya. Jika kemiringan bertambah, rombakan batuan akan menstabilkan kedudukannya dengan meluncur ke bawah. Banyak kondisi di alam yang menyebabkan keadaan tersebut, antara lain sungai yang menggerus dinding lembahnya, dan ombak yang mengikis bagian dasar dari tebing pantai. Manusia juga dapat menyebabkan kemiringan lereng yang menjadi semakin besar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya mass wasting.
Klasifikasi Mass Wasting
Banyak sekali proses yang terjadi di alam yang disebut mass wasting. Pada umumnya macam-macam jenis mass wasting dapat dibedakan berdasarkan macam material yang terkena proses, macam pergerakan yang terjadi dan kecepatan dari perpindahannya.
Klasifikasi yang didasarkan pada macam material yang berpindah tempat tergantung pada apakah merupakan material lepas atau batuan dasarnya. Bila materialnya didominasi oleh tanah dan regolit, maka digunakan istilah “debris”, “mud” dan “earth”. Sebaliknya bila merupakan batuan dasar yang bergerak, maka digunakan istilah batuan atau “rock”.
Selain macam material yang berpindah tempat, cara perpindahan material juga sangat penting. Pada umumnya cara perpindahan material dibedakan menjadi jatuh bebas (fall), meluncur (slide), dan aliran (flow).
Fall digunakan untuk material dengan berbagai ukuran, lepas dari batuan induknya dan jatuh bebas ketempat yang lebih rendah. Peristiwa ini sangat umum terjadi pada lereng yang sangat terjal, dimana materila lepas tidak dapat tetap tinggal. Batuan akan jatuh terdapat pada lereng atau menumbuk batuan lain yang terdapat pada lereng yang dilaluinya. Peristiwa ini banyak terjadi pada batuan yang mengalami pelapukan fisik karena proses pemanasan dan pendinginan batuan atau oleh pertumbuhan akar tumbuhan.
Slide merupakan perpindahan masa batuan atau tanah melalui suatu permukaan bidang. Permukaan bidang itu dapat merupakan kekar, sesar atau bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan lereng. Apabila bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung proses ini disebut slump. Kadang-kadang kata “slide” digunakan untuk peristiwa tanah longsor (landslide). Kata ini meskipun banyak digunakan orang atau ahli geologi, tetapi kata ini tidak mempunyai definisi yang spesifik dalam ilmu geologi. Istilah ini sangat populer dalam istilah nonteknis untuk menyebutkan secara umum proses mass wasting.
Tipe ketiga adalah flow (aliran), digunakan apabila material yang berpindah tempat merupakan cairan kental. Kebanyakan aliran ini sangat jenuh air dan bergerak seperti bentuk lidah.
Peristiwa mass wasting dapat membuat suatu berita besar, apabila material dalam jumlah yang sangat besar bergerak dengan kecepatan tinggi ke bawah dan menghancurkan bangunan-bangunan dan mencelakakan manusia. Seperti proses yang disebut rock avalanches, batuan dan rombakan batuan bergerak pada kemiringan lereng dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam. Banyak peneliti percaya bahwa rock avalanche melayang di udara ketika meluncur ke bawah. Kecepatan yang tinggi dihasilkan oleh udara yang terjebak dan tertekan di bawah masa batuan yang jatuh, sehingga memungkinkan material tersebut mengapung dipermukaan pada waktu meluncur ke bawah.
Kebanyakan mass movement tidak mempunyai kecepatan seperti rock avalanche, tetapi banyak juga yang bergerak sangat lambat. Salah satu proses mass movement yang pergerakannya sangat lambat adalah rayapan (creep), yang perpindahnnya hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun. Meskipun bermacam tipe mass wasting digolongkan dalam perpindahan yang cepat atau lambat, perbedaan itu sering bersifat subyektif, karena diantara keduanya mempunyai rentangan yang sangat lebar. Pada suatu tempat tertentu, proses mass wasting dapat mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.
Slump
Slump merupakan perpindahan masa batuan atau material lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur yang lengkung. Pada proses ini material yang dipindahkan tidak terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh. Proses ini merupakan sedimen kohesif yang tebal seperti lempung.
Permukaan retakan blok slump dicirikan oleh bentuk seperti sendok dan cekung kearah atas. Pada waktu terjadi pergerakan, terbentuk tebing (scarp/cliff) yang lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan berputar ke belakang.
Umumnya slump terjadi karena kemiringan lereng terlalu terjal, dapat juga terjadi karena beban pada kemiringan lereng terlalu besar, yang menyebabkan terjadinya internal stress pada material di bawahnya. Hal ini terjadi pada material yang lemah dan kaya akan lempung berada di bawah material yang lebih keras atau resisten seperti batupasir. Airtanah yang meresap melalui batupasir akan melemahkan lempung yang berada di bawahnya.
Rockslides
Rockslides terjadi bilamana blok dari batuan induk terlepas dan meluncur ke bawah. Peristiwa ini merupakan proses yang sangat cepat dan sangat destruktif. Biasanya rockslides terjadi pada fenomena geologi ketika batuan yang berlapis mengalami deformasi sehingga terjadi kemiringan batuan, kekar atau retakan yang sejajar dengan kemiringan batuan.
Mudflow
Mudflow adalah perpindahan material lepas yang bercampur dengan air dengan kecepatan relatif tinggi. Proses ini sangat umum terjadi pada canyon dan gullies di pegunungan semiarid. Pada waktu terjadi hujan lebat di daerah tersebut, sejumlah besar sedimen hasil proses erosi dinding lembah yang kurang vegetasinya, tersalur ke dalam lembah. Material yang merupakan campuran antara batuan, tanah, lumpur dan air mengalir dengan cepat dengan bentuk seperti lidah. Karena mudflow tersebut mempunyai densitas yang tinggi, maka aliran tersebut dapat mengangkut bongkah yang besar, pohon-pohon atau bahkan bangunan besar seperti rumah. Pada tekuk lereng aliran ini akan menyebar menutupi daerah sekitar mulut lembah dengan campuran material lepas yang basah.
Mudflow juga sangat umum terjadi di daerah gunungapi. Debu volkanik yang menutupi lereng gunung api yang terjal, dpat membentuk mudflow pada waktu turun hujan yang lebat atau pada pencairan es yang terdapat pada puncak gunung. Contoh lain dari mudflow di daerah gunung api adalah aliran lahar, yang merupakan percampuran antara material gunung api yang bercampur dengan air.
Earthflow
Tidak seperti mudflow yang banyak terjadi di daerah semi arid, earthflow sering terjadi di daerah bawah (humid) akibat hujan yang terus menerus. Apabila regolit yang kaya lempung jenuh air pada lereng perbukitan, materialnya akan terurai dan mengalir ke bawah tidak terlalu jauh meninggalkan torehan pada lereng perbukitannya. Tergantung pada kemiringan lereng dan consistensi dari materialnya, kecepatan earthflow mulai dari beberapa meter per jam sampai beberapa meter per menit. Karena earthflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow. Selain sering terjadi pada lereng perbukitan, earthflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.
Rayapan (creep)
Creep adalah salah satu tipe mass wasting yang perpindahan massanya, tanah dan regolit sangat lambat. Tida seperti mass wasting yang bergerak cepat sering terjadi pada pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal, maka creep pada umumnya terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan meliputi daerah yang cukup luas. Penyebab utama terjadinya rayapan adalah adanya perselingan antara pengembangan dan penyusutan material permukaan karena perbedaan temperatur atau perubahan kandungan air. Setelah hujan lebat, rongga antar partikel soil terisi air, sehingga
Solifluction
Proses solifluction sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin. Di daerah ini es yang berada di bagian atas regolit, mencair pada musim semi dan panas, tetapi di bagian bawahnya masih tetap membeku. Karena air dari es yang mencair di bagian atas tidak dapat meresap ke bawah, maka bagian atas ini akan jenuh air dan mulai mengalir ke bawah lereng yang landai. Pada kejadian ini lapisan penutup akan terbawa aliran air dan batuan dasar akan tersingkap. Bila batuan yang tersingkap ini mengalami pelapukan, hasil lapukannya juga akan terkikis oleh solifluction.